⭐️Peringati Sumpah Pemuda, Pemuda Al Washliyah Gelar Jambore Nasional Oktober Mendatang

Medan, Sumatera Utara⚡️Binkari – Suasana di Jalan Sisingamangaraja No. 144, Medan, pada Rabu (17/9/2025) malam tampak lebih ramai dari biasanya. Di kantor Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumatera Utara, para pengurus inti Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA) Sumut berkumpul dalam sebuah forum penting: rapat koordinasi persiapan Jambore Nasional Pemuda Al Washliyah 2025.
Bukan sekadar rapat biasa, forum ini menjadi ruang strategi untuk memastikan agenda akbar yang akan digelar pada 10–12 Oktober 2025 di Bumi Perkemahan Cadika, Sibolangit, dapat berjalan tanpa cela. Sebuah agenda yang disebut-sebut bakal menguji sejauh mana soliditas organisasi pemuda berlatar ormas Islam terbesar di Pulau Sumatera ini mampu berdiri sejajar dengan arus kepemudaan nasional.
Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Al Washliyah (PW GPA) Sumut, Nurul Yaqin Sitorus, menegaskan bahwa jambore ini bukan sekadar perkumpulan seremonial. Dengan mengambil semangat Sumpah Pemuda, kegiatan tersebut dirancang sebagai wahana peningkatan kapasitas (upgrading) kader.
“Selain untuk menunjukkan eksistensi pemuda Al Washliyah, jambore ini menjadi ajang pembelajaran, dengan materi terbarukan dan narasumber yang berkompeten di bidang kepemudaan maupun motivasi kehidupan,” ungkap Yaqin di hadapan jajaran pengurus sembari menyampaikan amanat Ketua Umum PP GPA, Aminullah Siagian.
Di balik kalimatnya, terselip pesan bahwa GPA Sumut berupaya menjawab kritik lama: pemuda sering dianggap hanya sibuk pada simbol dan acara, tapi lemah dalam substansi.
Sekretaris GPA Sumut, Erwinsyah Putra, mengingatkan bahwa agenda besar ini tak boleh lepas dari ruh organisasi. Ia menekankan pentingnya menjunjung tinggi nilai keislaman ahlussunnah wal jamaah, sebagai identitas Washliyah yang selama ini dijaga ketat.
“Acara ini harus mencerminkan cara hidup warga Washliyah. Jangan sampai sekadar ramai di panggung, tapi kehilangan ruhnya,” katanya tegas.
Pernyataan ini seolah memberi sinyal bahwa di balik persiapan teknis, terdapat kegelisahan internal: mampukah GPA menjaga marwah organisasi di tengah modernisasi konsep jambore yang kerap meniru pola kepemudaan umum?
Rakor yang berlangsung intensif membahas detail teknis mulai dari perlengkapan, logistik, hingga pembukaan yang direncanakan dengan Apel Akbar di Lapangan Universitas Al Washliyah (Univa) Medan. Namun, pertanyaan kritis muncul: apakah semua kesiapan benar-benar matang, atau masih ada lubang-lubang kelemahan yang bisa menjadi sorotan publik?
Pengalaman dari beberapa kegiatan besar ormas sebelumnya kerap menyisakan masalah klasik: pendanaan yang seret, koordinasi antarwilayah yang kurang solid, hingga potensi infiltrasi agenda politik praktis. Investigasi lapangan menunjukkan bahwa sebagian kader di daerah masih menunggu instruksi lebih jelas, bahkan ada yang khawatir keterlibatan mereka hanya diminta untuk meramaikan, tanpa benar-benar mendapat ruang penguatan kapasitas.
Di atas kertas, Jambore Nasional Pemuda Al Washliyah 2025 digadang-gadang sebagai ajang memperkuat ukhuwah pemuda se-Nusantara. Namun, faktanya, agenda ini juga akan menjadi barometer politik internal dan bagaimana GPA menunjukkan peranannya di kancah nasional.
Jika sukses, jambore ini bisa menjadi batu loncatan GPA menuju pengakuan lebih besar di level pusat. Namun jika gagal, justru bisa menjadi cermin kelemahan organisasi yang terlalu sibuk membangun citra, tapi lupa menyiapkan fondasi kokoh di tingkat akar rumput.
Sejumlah kader muda yang ditemui di luar forum mengaku antusias, namun masih menyimpan pertanyaan besar: apakah hasil dari jambore benar-benar akan dibawa pulang ke daerah dalam bentuk nyata pembinaan kader, atau hanya berhenti di dokumentasi kegiatan?
Bagi pengamat kepemudaan, Jambore Nasional Al Washliyah ini adalah “ujian kedewasaan” bagi GPA. Momentum Sumpah Pemuda bukan hanya simbol sejarah, melainkan tantangan untuk membuktikan relevansi pemuda Al Washliyah dalam dinamika bangsa hari ini.
Budi